Episode 3 (Tentang Pernikahan))
Haloooo, Salam Bahagiaaa untuk semuaa yang masih mencari cinta, mempertahankan cinta nya meski toxic, atau mungkin sedang berjuang mempertahankan rumah tangga yang udh ga asyik atau bahkan untuk yang pura pura Bahagia di social media cuma demi konten "goals relationship".
Moon maap kalo ternyata pas sama kondisi yang lagi kalian alami.
But itu kayaknya ga terlalu menjadi fokus utama di situasi pandemi yang sudah berusia setahun. Gejolak ekonomi kayaknya lebih jadi fokus semua manusia di seluruh dunia, termasuk berefek kepada tingkat perceraian yang semakin meningkat sejak pandemi masuk negara kita.
Nah loh, kenapa pandemi jadi berhubungan ma rumah tangga? Kok bukan bahas Rumah sakit yang mulai / mungkin sudah kewalahan menampung korban pandemi ini? Yessss, karena pandemi ini ngefek nya lebih dari si virus itu sendiri. Pandemi bikin kesetiaan yang di agungkan saat mulai komitmen sangat teruji kekuatannya, bukan cuma menguji imunitas. Tapi menguji janji setia di depan Tuhan saat pernikahan atau janji selalu menjaga dan membahagiakan di depan sang orang tua perempuan. Duh berattt yaaaaaa rasanyaaa langsung ngegas ke arah situ. 😆😆
Ekonomi atau kita kaitkan dengan finansial adalah salah satu pondasi kuat selain seks dan komunikasi. Apalagi yang memulai hubungannya dengan menampilkan dan memberikan finansial yang kuat, jelaas di saat runtuh saldo tabungan dan aset mulai di gadai atau di jual ,maka sang pasangan mulai ketar ketir mencari pegangan lain untuk menyelamatkan diri dari badai kemiskinan yang mulai mendekat dan menghancurkan segala kenikmatan dunia yang biasa di peroleh selama bersamanya.
Beda hal mungkin dengan pasangan yang memulai hubungan dari sama sama berjuang. Before married, mereka ini udh kena hujan panas, makan di kaki lima beratapkan tenda yang kadang suka bocor pas musim hujan melanda. Pulang ke rumah kehujanan sampe si balsem dan duit logam jadi saksi bisu perjalanan cinta nya. Saat badai kemiskinan kembali datang menyerang, tubuh mereka lebih kuat melawan kecepatan angin sekalipun. Di hantam jutaan kubik air dilautan pun sudah pernah dilalui saat berlayar masih dalam fase "pacaran".
Lalu apakah dengan perbedaan demikian lantas itu menjadi hal mutlak seseorang mudah menggadaikan komitmen atau melepaskan begitu saja?
Ada banyak faktor tentunya kenapa begitu mahalnya komitmen untuk selalu di jaga dan di pertahankan ,bukan sekedar komitmen untuk menjaga tubuh untuk tidak dibagi dengan yang lain. Tapi perkara hati yang tidak terlihat wujudnya seringkali lebih sering untuk memulai meninggalkan kesetiaan dalam hubungan karena intensitas pertemuan, seringnya berkomunikasi, dan yang paling membahayakan adalah " Drama curhat" dengan lawan jenis..
Sekalipun yang sudah sama sama berjuang, salah satu bisa saja melupakan. ego manusia itu seperti bayangan. Dia mengikuti kemanapun langkah bergerak.
Jadi bagaimana mempertahnkan hubungan di situasi pandemi yang tak berhenti dan terus mempertahankan durasi nya?
Coba pikirkan, Untuk apa kalian menikah? Untuk apa kalian akan menikah,jika tidak siap resiko dari Pernikahan itu?
Menikah bukan cerita tentang tanggal akad, Tapi berani bertanggung jawab atas pilihan untuk menikah tersebut.
12 Maret 2021
Delara...
Komentar
Posting Komentar